Tangerang – Peningkatan pembangunan infrastruktur menjadi peluang sekaligus menjadi tantangan bagi pelaku konstruksi termasuk pemasok material dan peralatan konstruksi. Sebab kebutuhan material peralatan akan sangat meningkat, namun bisa menjadi tantangan jika pemasok dalam negeri tidak sanggup dan justru beralih ke pemasok dari luar negeri.
“Untuk itulah harus kita siapkan dengan matang supply chain konstruksi terutama material dan peralatan, supaya bisa menang persaingan”, demikian disampaikan Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin dalam sambutannya pada kegiatan Plant Visit dan Sharing Knowledge tentang Teknologi Cat dan Aplikasinya ke PT Propan Raya, Selasa (21/01) di Curug, Tanggerang, Banten.
Selain peningkatan penggunaan produk-produk dalam negeri, industri konstruksi Nasional juga perlu didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang kompeten sehingga dapat mewujudkan produk-produk konstruksi Nasional yang berkualitas dan sesuai kaedah standar Keamanan, Keselamatan, Kesehatan, dan Keberlanjutan (K4).
Untuk itu pemerintah melaksanakan pelatihan keterampilan bagi tenaga kerja terampil dalam menggunakan material seperti adanya jabatan kerja keahlian tenaga terampil mengecat. Hal tersebut untuk menunjang kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat sekaligus harus mulai menerapkan teknologi yang semakin berkembang dan meninggalkan cara konvensional yang dianggap sudah tidak efisien.
“Pemerintah dan masyarakat konstruksi tidak hanya menyiapkan materialnya saja, tetapi juga harus menyiapkan SDM-nya, apalagi di Ibu Kota Negara (IKN) nanti semua sektor akan menggunakan teknologi”, tambah Syarif.
Untuk pembangunan IKN, pemerintah hanya menggelontorkan dana sebesar 19,2% saja, sisanya akan diberikan kepada masyarakat untuk dapat berinvestasi. Semua peraturan di Indonesia yang menghambat investasi pun mulai dihapuskan, artinya investasi material pun akan lebih mudah berkembang. Terutama dengan material yang komponen dalam negerinya sampai 70%, tentunya harus lebih diterima dipasaran, dengan membuktikan bahwa material tersebut lebih baik, lebih murah, dan lebih cepat. Hanya dengan demikian persaingan dapat dimenangkan dari pelaku asing.
“Berapa besarpun dana yang dialokasikan kalau kita tidak siap dengan konsep supply chain konstruksi maka pastilah SDM, material, peralatan maupun teknologi semua akan diambil alih oleh luar”, tegas Dirjen Bina Konstruksi.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan tentang penerapan teknologi pelapisan yang ramah lingkungan di lingkungan Kementerian PUPR. Hadir pada kegiatan ini perwakilan dari Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Direktorat Bina Kelembagaan dan Sumber Daya Jasa Konstruksi, Direktorat Bina Kompetensi dan Produktivitas Konstruksi, Direktorat Bina Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, Direktorat Kerjasama dan Pemberdayaan, dan Balai Material dan Peralatan Konstruksi. (cla/tw)