KEMENTERIAN PUPR SERTIFIKASI 1800 TENAGA KERJA KONSTRUKSI SECARA SEREMPAK

Penyiapan tenaga kerja konstruksi yang terlatih, terampil, profesional dan bersertifikat adalah tugas bersama dalam menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini. Sebagai langkah percepatan sertifikasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK) menyelenggarakan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kerja Terampil dan Bimbingan Teknis Tenaga Ahli. 

Penyiapan tenaga kerja konstruksi yang terlatih, terampil, profesional dan bersertifikat adalah tugas bersama dalam menghadapi Era Masyarakat Ekonomi ASEAN saat ini. Sebagai langkah percepatan sertifikasi, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi (DJBK) menyelenggarakan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kerja Terampil dan Bimbingan Teknis Tenaga Ahli.

Direktur Jenderal Bina Konstruksi, Yusid Toyib resmi membuka kegiatan tersebut pada Rabu (26/10). Diselenggarakan di Pintu VII Gelora Bung Karno Jakarta, kegiatan ini diikuti oleh sebanyak 1.989 peserta yaitu 1.737 peserta Sertifikasi Tenaga Kerja Terampil serta 252 peserta Bimbingan Teknis Tenaga Ahli. Tenaga kerja konstruksi yang disertifikasi pada kegiatan ini adalah para pekerja di kegiatan-kegiatan strategis di internal Kementerian PUPR dan proyek strategis BUMN dan swasta lainnya. Proses sertifikasi dilaksanakan melalui teleconference. Peserta berada di tiga tempat yaitu Gelora Bung Karno, Tol Cisumdawu, serta Gedebage.

Yusid mengatakan bahwa dengan diadakannya kegiatan ini menunjukkan pentingnya peran pembinaan jasa konstruksi untuk menciptakan tenaga kerja yang berdaya saing tinggi dan siap menghadapi persaingan global. Ia juga menegaskan kepada para tenaga kerja konstruksi untuk dapat menerapkan Sistem Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam menjalankan pekerjaannya.  

“Jangan lupa untuk menerapkan SMK3 setiap kali bekerja karena itu untuk kebaikan kita sendiri. Jangan hanya karena proyeknya diawasi oleh pemilik modal asing” tegas Yusid Toyib.

Hal tersebut ditegaskan oleh Yusid Toyib mengingat kecelakaan konstruksi dan kegagalan bangunan yang terjadi pada bangunan dan proyek infrastruktur. Seperti contohnya, runtuhnya jembatan penyeberangan orang di Pasar Minggu, robohnya atap bandara Terminal 3 Ultimate ,robohnya Jembatan Kuning di Klungkung Bali dan  robohnya jembatan Sekarteja di Lombok Timur yang menyebabkan korban jiwa.

Kurangnya kompetensi pekerja konstruksi menjadi salah satu penyebab terjadinya kegagalan bangunan dan kecelakaan konstruksi. Oleh karena itu, DJBK terus mendorong adanya sertifikasi, sehingga kualitas serta kehandalan pekerja konstruksi dapat dijamin. Untuk itu pula DJBK mendorong berbagai variasi model pelatihan yang difokuskan kepada jabatan kerja kunci yaitu manajer proyek, pengawas, mandor dan tukang. Sedangkan model pelatihannya antara lain dengan menggunakan model distance learning seperti pelatihan dengan menggunakan Mobile Training Unit (MTU), seminar dan kursus singkat, serta uji sertifikasi yang dilanjutkan dengan memberikan sertifikat terus ditingkatkan DJBK guna mencapai target tenaga kerja konstruksi bersertifikat di tahun 2019.

“Sertifikasi kompetensi adalah target utama kita di masa mendatang. Ini untuk kebaikan dan kemajuan kita bersama. Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa anak-anak bangsa Indonesia mampu bekerja berkualitas dan menghasilkan produk konstruksi yang membanggakan”, tegas Yusid. *

SEBARKAN ARTIKEL INI!