Malang – Industri Konstruksi 4.0 yang ditandai dengan penggunaan teknologi informasi dalam setiap aspek pekerjaan, termasuk di sektor konstruksi menjadikan keharusan bagi sdm konstruksi untuk menyesuaikan diri. “Hal ini menjadi tantangan buat kita, apakah kita bisa menjadi salah satu pelaku dalam Industri Konstruksi 4.0, atau hanya menjadi penonton saja. Dan untuk itu salah satu yang harus dipersiapkan adalah dengan menjadi spesialis pada bidang tertentu, atau istilahnya terspesialisasi”, demikian disampaikan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin saat memberikan materi pada kuliah umum Bimbingan Teknis Bidang Jasa Konstruksi, Distance Learning melalui Sibima Konstruksi dan Kuliah Umum dengan tema “Menuju SDM Konstruksi Handal di Era Industri 4.0” di Malang, Jumat (29/3).
Menurut Dirjen terdapat tiga pelaku utama pada industry konstruksi 4.0, yaitu penyedia teknologi, penyedia infrastruktur digital, dan pengguna teknologi dan infrastruktur industri 4.0, dengan tanggungjawab dan kewenangan masing-masing. Penerapan teknologi informasi (internet) sejak dari perencanaan, perancangan, penyelenggaraan, pemeliharaan, sampai pembangunan kembali merupakan suatu sistem yang masuk dalam industri konstruksi 4.0, diharapkan akan menciptakan manajemen proyek yang tepat biaya, tepat waktu dan tepat mutu. Termasuk dengan adanya teknologi BIM (Building Information Modeling) yang dibuat secara digital serta mendukung seluruh fase desain, sehingga memungkinkan analisis dan kontrol yang lebih baik dari proses manual.
“Untuk itu semua pihak akan dituntut untuk dapat bekerja secara professional karena tidak bisa lagi kita melakukan pembangunan dengan metode konvensional, yang banyak terjadi kecurangan gambar maupun dimensi-dimensi, dan itulah yang menjadi tantangan kita kedepan”, lanjut Syarif.
Untuk menghadapi revolusi industri 4.0 diperlukan “literasi baru”, yaitu mencakup literasi data, literasi teknologi dan literasi manusia. Literasi data terkait dengan kemampuan membaca, menganalisis dan membuat konklusi berpikir berdasarkan data dan informasi (big data) yang diperoleh. Literasi teknologi terkait dengan kemampuan memahami cara kerja mesin. Aplikasi teknologi dan bekerja berbasis produk teknologi untuk mendapatkan hasil maksimal. Literasi manusia terkait dengan kemampuan komunikasi, kolaborasi, berpikir kritis, kreatif dan inovatif.
Selain itu, terdapat beberapa isu revolusi industri 4.0, seperti disrupsi bisnis, Inovasi dan Daya Produksi, ketimpangan, cerdas kelola, keamanan dan konflik, keterpaduan teknologi, etnis dan identitas, efektif dan efisien. Dari isu-isu tersebut kita dituntut untuk dapat selalu dinamis terhdap perubahan, cepat dalam bekerja dan dapat berkomunikasi serta berkolaborasi.
Pemerintah dalam menghadapi era industri konstruksi 4.0 juga membuat beberapa kebijakan, seperti Link And Match Dunia Pendidikan Dengan Dunia Jasa Konstruksi, Penguatan Pendidikan Vokasi dan Kejuruan Skema Pemagangan Berbasis Kebutuhan Dunia Kerja, dan Program Percepatan Sertifikasi Tenaga Ahli. (cla/tw)