Membangun infrastruktur?jembatan di Indonesia yang memiliki ribuan pulau tidak bisa dielakan, bagaimanapun kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara ditandai kondisi infrastruktur dengan aset infrastruktur yang handal akan memungkinkan terjadinya, pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup. Hal penting lainnya adalah aspek non fisik infrastruktur yang memiliki peran vital untuk mencapai pengembangan infrastruktur yang baik. Salah satunya adalah manajemen keselamatan infrastruktur, siapapun tentu tidak ingin kegagalan bangunan terulang kembali, yang berdampak besar dalam menimbulkan kerugian jiwa harta benda dan lingkungan. Untuk itu biaya pemeliharaan pun menjadi faktor yang harus menjadi perhatian utama,?bagi para siapapun yang membangun. Demikian diutarakan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Panani Kesai di depan awak Media ketika melakukan inspeksi Jembatan Fisabilillah bersama tim ahli KISTEC?(Korea Infrastructure Safety and Technology)?hari rabu (23/03) di Batam, Kepri.
Membangun infrastruktur?jembatan di Indonesia yang memiliki ribuan pulau tidak bisa dielakan, bagaimanapun kualitas kehidupan masyarakat di suatu negara ditandai kondisi infrastruktur dengan aset infrastruktur yang handal akan memungkinkan terjadinya, pemerataan pembangunan dan peningkatan kualitas hidup. Hal penting lainnya adalah aspek non fisik infrastruktur yang memiliki peran vital untuk mencapai pengembangan infrastruktur yang baik. Salah satunya adalah manajemen keselamatan infrastruktur, siapapun tentu tidak ingin kegagalan bangunan terulang kembali, yang berdampak besar dalam menimbulkan kerugian jiwa harta benda dan lingkungan. Untuk itu biaya pemeliharaan pun menjadi faktor yang harus menjadi perhatian utama,?bagi para siapapun yang membangun. Demikian diutarakan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Panani Kesai di depan awak Media ketika melakukan inspeksi Jembatan Fisabilillah bersama tim ahli KISTEC?(Korea Infrastructure Safety and Technology)?hari rabu (23/03) di Batam, Kepri.
Sudah 1,5 tahun hingga Desember 2016, Indonesia dan Korea melalui Kementerian PUPR dan?Korea International Cooperation Agency?(KOICA) bekerjasama dalam Proyek Pengembangan Kapasitas Manajemen Keselamatan Infrastruktur Indonesia. KOICA mensertakan KISTEC yaitu salah satu lembaga negara di Korea yang mengurus tentang manajemen keselamatan infrastruktur di Korea.?Korea memiliki sistem manajemen tersentralisasi oleh pemerintah dan tidak mengalami kegagalan infrastruktur fatal dalam 20 tahun terakhir.
Selama 3 bulan ke depan KISTEC memilih jembatan Balerang atau jembatan Fisabilillah untuk dijadikan percontohan untuk dilakukan inspeksi dari sisi menilai kualitas jembatan tersebut. Mereka menggunakan teknologi dan alat pengujian yang dibawa langsung dari Korea. Direktur KISTEC, Park Ku Byeon, mengatakan, secara fisik dan kasat mata struktur jembatan ini sudah seharusnya dilakukan perawatan, terlihat ada karat pada kabel utama, namun hasil lengkap bagaimana kondisi jembatan barelang saat ini didapat 3 bulan lagi setelah inspeksi dilakukan.
Beberapa upaya telah dilakukan Pemerintah untuk dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya penerapan SMK3 Konstruksi. Beberapa diantaranya adalah dengan diterbitkannya Peraturan Menteri? Pekerjaan Umum Nomor 05/PRT/M/2014 Tentang Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum yang merupakan pengganti dari Peraturan Menteri PU Nomor 09/PRT/M/2008, serta dengan dikeluarkannya Surat Edaran Menteri PUPR Nomor 66/SE/M/2015 tentang Biaya Penyelenggaraan SMK3 Bidang Pekerjaan Umum.
Selain itu, Kementerian PUPR?pada tahun 2014, tepatnya pada tanggal 13 Agustus 2014 telah menandatangani Record of Discussion (RoD) antara Kepala Badan Pembinaan Konstruksi dengan Resident Representative of Korea International Cooperation Agency untuk Pengembangan Kapasitas Keselamatan Infrastruktur di Indonesia. ?
Indikator penilaian, Korea menyatakan bahwa E artinya harus segera dilarang penggunaannya karena rusak serius, nilai D berarti, menilai dapat digunakan atau tidak karena ada kerusakan pada bagian utama. C artinya tidak berbahaya meskipun ada sedikit kerusakan, ?B yang berarti ada sedikit kerusakan, dan A berarti dalam kondisi yang baik. Selain itu mereka pun menyoroti pada fasilitas untuk pemeliharaan suatu infrastruktur, pembangunan jembatan layang di Jakarta tidak memiliki pintu masuk untuk?maintenance, berbeda dengan di Seoul, memiliki hal tersebut.
Sekretariat Ditjen Bina Konstruksi, Panani Kesai, mengatakan penganggaran pemeliharaan infrastruktur sangat dibutuhkan jangan sampai terlewat karena dapat berakibat fatal, ketika banyak infrastruktur khususnya jembatan dibangun maka harus juga dianggarkan pemeliharaannya jangan sampai luput.?
Sementara itu, Direktur Kistec,? Park Ku Byeon, mengatakan kagum dengan kekayaan alam di Indonesia yang tentu harus dijaga jika tidak akan habis,? sama halnya dengan infrastruktur merupakan aset kekayaan negara yang harus dijaga dan di pakai untuk masyarakat Indonesia di masa yang akan datang. Memelihara kualitas infrastruktur sama dengan menjaga sumberdaya alam agar tidak cepat habis,? yang berarti infrastruktur yang ada berkualitas dan tidak mencelakakan.
Ia menambahkan di Korea melakukan pemeliharaan jembatan dilakukan setiap tahun, dan inspeksi terjadwal 5 tahun sekali,? untuk jembatan jembatan tertentu inspeksi bahkan dilakukan setahun sekali. Di Indonesia masih dilakukan secara random, hal ini mudah-mudahan akan menjadi masukan yang baik untuk kualitas infrastruktur Indonesia di masa yang akan datang, ujar Park.
Dari kerjasama yang sedang berjalan antara Indonesia dan Korea ini telah dibuatkan manual inspeksi jembatan yang telah disusun dalam proyek yang dapat digunakan oleh Kementerian PUPR agar sistem manajemen keamanan infrastruktur terutama jembatan sehingga aset penting negara serta kehidupan masyarakat pengguna infrastruktur dapat terselamatkan dan memastikan pengembangan yang berkelanjutan di Indonesia (dn).