Dirjen Bina Konstruksi Ingatkan Pentingnya Komitmen dan Kolaborasi dalam Transformasi Industri Konstruksi

Infrastruktur masih menjadi primadona untuk mengungkit sektor lainnya. Peluang berusaha di sektor konstruksi pada tahun-tahun mendatang masih sangat menjanjikan. Potensi pasar (market output) konstruksi Indonesia diproyeksikan akan tumbuh sebesar 5-5,5% dari tahun 2024 sampai 2029 dengan nilai kumulatif mencapai Rp. 11.900 triliun. 

Dirjen Bina Konstruksi, Abdul Muis mengaku optimis terhadap pertumbuhan konstruksi Indonesia kedepannya. Sebagaimana yang ia sampaikan pada sambutannya secara daring dalam acara Infrastructure and Construction Innovation Conference (ICONIC) dan Seminar Nasional Teknologi Infrastruktur (SNTI) yang diselenggarakan secara hybrid oleh Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Universitas Gadjah Mada (21/4). 

“Proyeksi ini terlihat sangat optimis, mengingat pada periode 2018-2023, pertumbuhan market output konstruksi cenderung menurun -1,1% dengan nilai kumulatif mencapai  Rp. 9.400 triliun ujar Abdul Muis.  

Abdul Muis menambahkan, sesuai dengan visi pembangunan nasional yaitu Bersama Indonesia Maju Menuju Indonesia Emas 2045, terdapat beberapa program kerja yang menjadi ruang kontribusi langsung bagi Kementerian PU, yaitu pada misi terkait: (1) Ketahanan pangan, energi, dan air; (2) Percepatan pembangunan infrastruktur dan penciptaan lapangan kerja; (3) Pembangunan sumber daya manusia, termasuk peran infrastruktur dalam menjamin akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan pelayanan publik; (4) Pertumbuhan yang inklusif dari desa; dan (5) Pembangunan lingkungan. 

Untuk melaksanakan pembangunan infrastruktur yang berkualitas, konstruksi tentunya dibutuhkan tenaga kerja yang kompeten dan profesional. Permasalahan SDM konstruksi di Indonesia adalah terkait dengan terbatasnya jumlah profesi insinyur. 

“Perlu menjadi perhatian kita semua, kita masih dihadapkan terhadap beberapa tantangan untuk pengembangan industri konstruksi, diantaranya inovasi teknologi konstruksi, peningkatan kompetensi SDM konstruksi, dan pengelolaan risiko konstruksi.” tambah Abdul Muis. 

“Berbagai tantangan yang akan dihadapi oleh Industri Konstruksi kedepannya, saya harap kita dapat terus melakukan perbaikan, setidaknya mencakup tranformasi regulasi, teknologi, manajerial, dan profesionalisme atau etika bisnis” tutup Abdul Muis. (*Ji)

SEBARKAN ARTIKEL INI!