Sertifikasi Jasa Konstruksi Tingkatkan Daya Saing

BANDUNG, (PR).- Pertumbuhan infrastruktur yang digenjot pemerintah pusat harus diimbangi kompetensi pekerja jasa konstruksi yang masih rendah. Diperlukan sertifikasi pekerja domestik untuk membentengi dari serbuan pekerja konstruksi asing, sekaligus membekali diri agar dapat bersaing dalam proyek-proyek besar.

BANDUNG, (PR).- Pertumbuhan infrastruktur yang digenjot pemerintah pusat harus diimbangi kompetensi pekerja jasa konstruksi yang masih rendah. Diperlukan sertifikasi pekerja domestik untuk membentengi dari serbuan pekerja konstruksi asing, sekaligus membekali diri agar dapat bersaing dalam proyek-proyek besar.

Kepala Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Riky Aditya Nasir mengatakan, dari 7,6 juta pekerja konstruksi di seluruh Indonesia, yang memiliki sertifikat baru 10% atau 760.000 pekerja. Sertifikasi ini amanat UU 2 tahun 2017 yang mewajibkan setiap orang yang bergerak di bidang konstruksi memiliki sertifikat kerja.  

Oleh karena itu, pemerintah pusat mendorong agar lebih banyak tenaga kerja jasa konstruksi yang memiliki sertifikat. “Target hingga tahun 2019 sebanyak 750.000 pekerja tersertifikasi. Tambahan dari yang ada sekarang sebanyak dua kali lipat sampai tahun 2019, mudah-mudahan mencapai 1,5 juta pekerja tersertifikasi,” kata Riky seusai kegiatan Sertifikasi 800 Tukang Bangunan di GOR Arcamanik, Kota Bandung, Kamis, 10 Agustus 2017.

Dengan lebih banyak pekerja jasa konstruksi yang tersertifikasi, Riky berharap dapat mengimbangi laju pembangunan infrastruktur yang tengah digencarkan pemerintah pusat. Semakin banyak pekerja tersertifikasi, peluang mereka untuk bersaing dalam proyek-proyek infrastruktur besar semakin besar.

Dia menjelaskan, tenaga kerja jasa konstruksi dibedakan menjadi dua, yaitu tenaga ahli dan tenaga terampil. Dari sisi jumlah, tenaga ahli Indonesia paling tinggi di antara ASEAN. Kompetensi tenaga ahli Indonesia pun diakui oleh negara-negara ASEAN karena bersertifikat ASEAN Chartered Professional Engineer (ACPE).

“Insinyur kita paling banyak dari ACPE. Jika seorang insinyur sudah disertifikasi ACPE, akan diakui di ASEAN. Ada sekitar 800 insinyur yang sudah tersertifikasi ACPE. Lebih banyak dari Singapura yang hanya separuhnya ataupun juga Malaysia,” ujarnya.

Dari sisi pangsa pasar, ceruk bisnis konstruksi nasional sangat besar sebesar 67% di level ASEAN. Dengan pertumbuhan 6% per tahun, pasar konstruksi dalam negeri menjadi incaran perusahaan konstruksi dari negara lain.

Oleh karena itu, Riky mengapresiasi Semen Gresik yang dalam waktu singkat bisa memfasilitasi sertifikasi 800 pekerja. Ini sebagai bentuk pembinaan dalam bidang jasa konstruksi sehingga para pekerja menjadi lebih kompeten dan berdaya saing.

Direktur Komersial Semen Gresik, M Saifudin, menjelaskan program sertifikasi tukang bangunan ini ditujukan untuk memberi bekal peningkatan kompetensi bagi tukang bangunan yang menjadi ujung tombak pembangunan infrastruktur dan konstruksi di Indonesia. Pemberlakuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) juga akan mengancam mata pencaharian para tukang bangunan lokal bila mereka tidak dibekali dengan kompetensi dan sertifikasi. 

Mudah dapat pekerjaan

Dengan berbekal sertifikasi resmi yang dikeluarkan oleh Lembaga Penyedia Jasa Konstruksi (LPJK) yang digandeng PT Semen Gresik, kompetensi tukang bangunan akan lebih dihargai. Saifudin berharap hal itu dapat memudahkan mereka untuk memperoleh pekerjaan, bahkan untuk bekerja di proyek skala besar sekalipun.

Dari Program Komunitas Jago Bangunan yang berlangsung sejak 2007, ungkap Saifudin, Semen Gresik telah memiliki anggota komunitas sebesar 16.751 tukang bangunan dan 6.007 tukang di antaranya tersebut telah tersertifikasi. Hingga akhir tahun 2017, Semen Gresik menargetkan anggota komunitas Jago Bangunan bertambah menjadi 17.581 tukang. Beberapa bulan lalu, di Kabupaten Gresik telah tersertifikasi sebanyak 1.200 tukang bangunan hingga memecahkan rekor MURI kategori sertifikasi tukang bangunan terbanyak secara serentak.

Ketua Lembaga Penyedia Jasa Konstruksi (LPJK) Jawa Barat Eman Sulaeman menambahkan, program sertifikasi tukang bangunan yang dilakukan Semen Gresik diharapkan menjadi proyek percontohan yang bisa ditiru oleh perusahaan lain. Utamanya dalam meningkatkan kompetensi tenaga kerja konstruksi. “Ini suatu upaya yang membanggakan dan diharapkan tukang bangunan menjadi lebih sadar teknologi informasi dan tidak ketinggalan zaman,” ucapnya.*** (sumber Pikiran Rakyat)

 

 

SEBARKAN ARTIKEL INI!