DJBK – Jakarta. Indonesia memiliki potensi untuk bersaing dengan negara lain, hanya saja sekarang ini Indonesia belum siap untuk menghadapi MEA di 2016. Hal tesebut dapat berdampak pada diambilnya pasar konstruksi Indonesia oleh pihak asing. Lalu, bagaimana kita meningkatkan potensi infrastuktur yang besar, mengambil alih pangsa pasar, dengan tenaga kerja konstruksi bersertifikat yang sedikit.
DJBK – Jakarta. Indonesia memiliki potensi untuk bersaing dengan negara lain, hanya saja sekarang ini Indonesia belum siap untuk menghadapi MEA di 2016. Hal tesebut dapat berdampak pada diambilnya pasar konstruksi Indonesia oleh pihak asing. Lalu, bagaimana kita meningkatkan potensi infrastuktur yang besar, mengambil alih pangsa pasar, dengan tenaga kerja konstruksi bersertifikat yang sedikit.
Saat ini Indonesia baru memiliki 3.000 insiyur dalam satu juta penduduk, berbanding terbalik dengan negara korea yang memiliki 25.000 insiyur untuk satu juta penduduk. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi tantangan yang cukup besar, dimana angka kecelakaan pekerjaan kontruksi yang terus bertambah.
“Hal tersebut bisa dihadapi dengan syarat seluruh Sarjana Teknik (ST) mau untuk bekerja di bidang konstruksi. Saat ini tenaga kerja konstruksi di tahun 2015 sebanyak 7,2 juta dengan tenaga kerja ahli bersertifikat sebesar sebanyak 109.007 dan sertifikasi terampil sebanyak 387.420”, ungkap Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Taufik Widjoyono dalam sambutannya pada Kuliah Umum Peningkatan Kualitas Generasi Muda menghadapi MEA Bidang Jasa Konstruksi, Selasa (20/10).
Di hadapan mahasiswa Falkutas Teknik Universitas Jember yang berkunjung ke Kementerian PUPR, Taufik Widjoyono menambahkan, “Dengan adanya tenaga ahli dan tenaga kerja konstruksi yang kompeten, kapasitas tenaga ahli yang baik, maka Indonesia dapat menyelesaikan masalah yang ada, seperti orang-orang tersebut mampu memperbaiki regulasi, sehingga secara otomatis masalah–masalah tersebut bisa diperbaiki”.
Indonesia tengah gencar melakukan pembangunan infrastuktur di seluruh Indonesia. Demi mewujudkan lebih banyak lagi tenaga kerja konstruksi, saat ini tengah membicarakan proses pembuatan Undang-undang Jasa Konstruksi. Tidak hanya itu, pemerintah juga membutuhkan batuan para praktisi ahli, guna mendidik sekaligus melatih calon tenaga kerja konstruksi seperti Mahasiswa di falkutas teknik.
Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, Panani Kesai yang ikut hadir pada kesempatan tersebut juga menambahkan, “Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR, selaku pembina jasa konstruksi nasional memiliki target agar setiap perguruan tinggi yang menghasilkan sarjana teknik akan diberikan tambahan waktu pelatihan/kursus untuk menjadi Insiyur yang profesional yang bisa langsung praktek setelah lulus dan mendapatkan gelar sarjana teknik”.
Dengan tenaga kerja konstruksi yang mencukupi, diharapkan dalam lima tahun ke depan PUPR harus membangun 2.300 km jalan baru, 1.000 km jalan tol. Selain itu juga, Kementerian lain akan membangun 15 bandara baru, pelabuhan dan jalur kereta. Tidak hanya kawasan infrastuktur, PUPR juga mengembangkan kawasan lainnya, seperti kawasan industri dan kawasan perbatasan yang juga membutuhkan tenaga insinyur. (Dri/ka/hrd)