KEBERHASILAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DITENTUKAN OLEH SDM KONSTRUKSI

Pendidikan khususnya di bidang ke PUPR-an sangat penting untuk mendukung Pembangunan infrastruktur nasional, sebagaimana arahan Presiden RI yaitu Pengembangan SDM sebagai fokus Pemerintah di tahun 2019, demikian disampaikan Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin saat memberikan Kuliah Umum dengan topik “Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Konstruksi dan Strategi Pengawasan Tenaga Kerja Asing Sektor Konstruksi” kepada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Makassar, Senin (27/8).

Pendidikan khususnya  di bidang ke PUPR-an sangat penting untuk mendukung Pembangunan  infrastruktur nasional, sebagaimana arahan Presiden RI yaitu Pengembangan SDM sebagai fokus Pemerintah di tahun 2019, demikian disampaikan Dirjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin saat memberikan Kuliah Umum dengan topik “Peningkatan Daya Saing Tenaga Kerja Konstruksi dan Strategi Pengawasan Tenaga Kerja Asing Sektor Konstruksi” kepada Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin di Makassar, Senin (27/8).

Dalam paparannya, Syarif mengatakan bahwa Prioritas pemerintah adalah untuk pembangunan infrastruktur hal ini ditunjukkan dengan alokasi infrastruktur PUPR meningkat dari Rp. 40 triliun pada tahun 2014 menjadi lebih dari Rp. 100 triliun pada tahun 2018. Hal tersebut menyebabkan kebutuhan dunia konstruksi terhadap SDM konstruksi sangat meningkat. Pemenuhan terhadap pasokan SDM yang berkompetensi dan bersertifikat sulit dilakukan dalam jangka pendek, demikian pula banyaknya target pembangunan infrastruktur dan tenggang waktu penyelesaian yang ketat memerlukan kendali yang juga lebih ketat terutama dalam hal keselamatan dan kesehatan kerja.

“Untuk itu saya mengingatkan insinyur saat ini  harus terus berinovasi untuk berkontribusi dalam mempercepat pembangunan nasional, dimulai dari proses pembelajaran dan pengetahuan sehingga memiliki kompetensi internasional agar mampu bersaing dengan insinyur dari negara-negara lain” Ujar Syarif.

Syarif juga mengatakan kalau hingga kini Indonesia masih kekurangan insinyur dalam jumlah besar, saat  ini lulusan  untuk bidang keinsinyuran di Indonesia hanya sekitar 14%, jumlah tersebut masih kecil jika dibandingkan dengan negara tetangga Asia lainnya. Untuk itu ia berharap jika sudah menekuni bidang teknik sipil untuk bersungguh – sungguh menjalaninya agar menjadi insinyur yang profesional.

Ketersediaan lapangan kerja bagi insinyur  pada era sekarang ini terbilang cukup besar, kesempatan untuk memperoleh pekerjaan bidang konstruksi pun meningkat, itu terlihat dari pembangunan infrastruktur yang bergerak masif  saat ini. Saat ini Pemerintah telah menjalankan pendidikan vokasi untuk dapat menjawab persoalan tenaga kerja konstruksi yang kurikulumnya disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Disamping itu,  amanat UU No. 2 Tahun 2017 telah mengatur tentang Billing rate yang merupakan indikator penentu pembentukan harga perkiraan sendiri  sebagai alat  menilai kewajaran penawaran harga jasa konstruksi termasuk perinciannya. Dengan adanya standar remunerasi minimal akan meningkatkan kesejahteraan dan daya saing para pekerja konstruksi di Indonesia.

Kementerian PUPR melalui Ditjen Bina Konstruksi terus menggenjot pola kerjasama Sinergitas antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dengan para stakeholder seperti Badan Usaha, Lembaga Pendidikan SMK, Politeknik, Perguruan Tinggi, dan Asosiasi Profesi terutama di Wilayah Timur dapat bersaing dengan SDM di Wilayah Barat bahkan dengan bangsa asing.

Hal terpenting juga dijelaskan oleh Syarif mengenai persoalan tenaga kerja asing yang bekerja di bidang konstruksi. Menurutnya  jumlah tenaga kerja konstruksi asing yang ada di Indonesia tergolong rendah, dan tidak masif, TKA yang bekerja ke Indonesia  hanya bekerja pada level jabatan tertentu, seperti dikelas direktur ataupun manajer. Masuknya tenaga kerja asing ke Indonesia tak bisa dicegah di era keterbukaan saat ini.

“Saya menghimbau  agar insan generasi muda di bidang keinsinyuran bersungguh belajar dan kemudian berkiprah di sektor konstruksi. Sebab keberhasilan Pembangunan Infrastruktur ada di tangan kalian generasi muda”,tutur Syarif.  Selain itu diharapkan pula Program Studi Teknik Sipil universitas di Indonesia juga harus menerapkan mata kuliah spesialis seperti Struktur Beton, Struktur Baja, Perencanaan Konstruksi Bangunan Gedung Bertingkat, Jembatan, dan Mekanika Fluida yang mengasah keterampilan mahasiswa nya untuk mahir dalam merancang sebuah bangunan konstruksi.

Seusai memberikan materi Kuliah Umumnya Direktur Jenderal Bina Konstruksi mengunjungi Balai Jasa Konstruksi Wilayah VI Makassar.  Hal tersebut dilakukan untuk meresmikan lapangan Gateball, dimana dalam sambutannya Syarif memberikan apresiasi kepada seluruh pihak yang sudah menyediakan fasilitas olahraga yang diperuntukan untuk seluruh jajaran pegawai PUPR yang ingin melakukan aktivitas kegiatan olahraga. Ia berharap olahraga gateball akan terus berkembang dan bisa dijadikan salah satu bentuk prestasi, sambil tetap menjalankan kewajiban bekerja. (har/tw)

SEBARKAN ARTIKEL INI!