Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia dikejutkan dengan rentetan kecelakaan konstruksi pada proyek konstruksi, terutama konstruksi layang. Menanggapi hal tersebut, Menteri PUPR melakukan tindakan nyata dengan menginstruksikan pemberhentian sementara pekerjaan konstruksi layang di seluruh Indonesia.
Beberapa waktu lalu masyarakat Indonesia dikejutkan dengan rentetan kecelakaan konstruksi pada proyek konstruksi, terutama konstruksi layang. Menanggapi hal tersebut, Menteri PUPR melakukan tindakan nyata dengan menginstruksikan pemberhentian sementara pekerjaan konstruksi layang di seluruh Indonesia.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Syarif Burhanudin menyampaikan bahwa sejauh ini Indonesia tertinggal dari segi tenaga kerja konstruksi terutama operator alat berat. Operator alat berat merupakan bagian penting dalam pekerjaan bidang konstruksi, karenanya seorang operator alat berat juga harus memiliki sertifikat khusus dan ini yang menjadi permasalahan lainnya. Mengingat di Indonesia belum ada operator alat berat khusus bisa mengoperasikan perkembangan teknologi alat berat konstruksi selain crane.
“Percepatan pembangunan infrastruktur untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, harus dibarengi dengan kesiapan bahan material, tenaga kerja konstruksi dan alat berat kontruksi. Karena dengan demikian target pembangunan Infrastruktur akan tercapai” demikian disampaikan Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Forum Koordinasi Stakeholder Komponen Produktivitas Konstruksi, beberapa waktu lalu di Batam.
Menurutnya dalam setiap penyelenggaraan proyek kontruksi membutuhkan tenaga kerja yang sangat banyak, dengan pembagian 3 kali shift yaitu pekerja pagi, siang, dan malam dan tidak boleh pekerja yang sudah bekerja di shift satu (pagi) bekerja kembali di sifht tiga (malam). Seluruh pekerja harus mempunya jam kerja yang sesuai mulai dari tenaga kerja terampil, tenaga kerja ahli, dan pengawas yang berada di proyek infrastruktur.
Untuk mencegah hal tersebut, Kementerian PUPR melalui Balai Material dan Peralatan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi melaksanakan Uji Sertifikasi Operator Alat Berat Crane pada Kamis, (13/09) di Jakarta.
Uji sertifikasi operator alat berat crawling crane ini merupakan yang pertama kali dilakukan oleh Kementerian PUPR. Meski kecelakaan pekerjaan konstruksi layang disebabkan beberapa hal, namun kualitas operator alat berat crane menjadi penting pasalnya jumlah operator alat berat khususnya crawling crane masih sedikit.
“Dengan memiliki operator yang handal dan bersertifikat maka pelaksanaan pekerjaan konstruksi bisa dipastikan terselenggara dengan aman, lancar dan tepat waktu.”Ungkap Kepala Balai Material dan Peralatan Konstruksi Ditjen Bina Konstruksi yang diwakili oleh Kasie Pendayagunaan Material dan Peralatan Konstruksi Indra Suhada saat memberikan pengarahan kepada para peserta.
Sebanyak 17 orang peserta akan mengikuti Uji sertifikasi operator alat berat crane ini yang terdiri dari 14 orang peserta yang berasal dari PT. Superkrane Mitra Utama dan 3 orang peserta dari PT. Wika Beton.
“Tidak lupa Kami Kementerian PUPR turut memberikan apresiasi kepada PT. Superkrane Mitra Utama yang memfasilitasi kegiatan ini dengan menyediakan tempat uji sertifikasi langsung di Superkrane Training Center. Serta Asosiasi Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I) yang turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan ini.” Ucap Indra
Para peserta akan mengikuti uji kompetensi dan sertifikasi praktek operator mengikuti uji portofolio dan uji praktek lapangan oleh assesor serta unit sertifikasi tenaga kerja (USTK) dari Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Provinsi DKI Jakarta. (Dri/tw)