“Salah satu upaya menghadapi persaingan global adalah dengan peningkatan SDM jasa konstruksi. Dan salah satu caranya adalah dengan melakukan uji & sertifikasi serta sosialisasi terkait pentingnya tenaga kerja konstruksi bersertifikat” demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono dalam penutupan kegiatan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kerja Terampil dan Bimbingan Teknis Tenaga Ahli di Jakarta, Jumat (28/10).
“Salah satu upaya menghadapi persaingan global adalah dengan peningkatan SDM jasa konstruksi. Dan salah satu caranya adalah dengan melakukan uji & sertifikasi serta sosialisasi terkait pentingnya tenaga kerja konstruksi bersertifikat” demikian disampaikan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimuljono dalam penutupan kegiatan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Tenaga Kerja Terampil dan Bimbingan Teknis Tenaga Ahli di Jakarta, Jumat (28/10).
Sertifikasi tenaga kerja konstruksi bersertifikat menurut Basuki bertujuan untuk melindungi tenaga kerja nasional agar memiliki nilai tambah dan siap dalam menghadapi liberalisasi perdagangan ASEAN 2015 dan Asia Pasifik 2020, serta melindungi BUJK nasional agar memiliki tenaga kerja yang kompeten dan produktif.
“Sertifikasi kompetensi adalah target utama kita di masa mendatang. Ini untuk kebaikan dan kemajuan kita bersama. Mari kita tunjukkan pada dunia bahwa anak-anak bangsa Indonesia mampu bekerja berkualitas dan menghasilkan produk konstruksi yang membanggakan”, tegas Basuki.
Diselenggarakan di Pintu VII Gelora Bung Karno Jakarta, kegiatan yang dilaksanakan oleh Balai Jasa Konstruksi Wilayah III Jakarta Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PUPR ini, diikuti oleh lebih kurang 1912 orang peserta yaitu 1.637 peserta Sertifikasi Tenaga Kerja Terampil serta 239 peserta Bimbingan Teknis Tenaga Ahli. Tenaga kerja konstruksi yang disertifikasi pada kegiatan ini adalah para pekerja di kegiatan-kegiatan strategis di internal Kementerian PUPR dan proyek strategis BUMN dan swasta lainnya. Proses sertifikasi dilaksanakan melalui teleconference. Peserta berada di tiga tempat yaitu Gelora Bung Karno, Tol Cisumdawu, serta Gedebage.
Dirjen Bina Konstruksi Yusid Toyib mengatakan bahwa dengan diadakannya kegiatan ini menunjukkan pentingnya peran pembinaan jasa konstruksi untuk menciptakan tenaga kerja yang berdaya saing tinggi dan siap menghadapi persaingan global. Ia juga menegaskan kepada para tenaga kerja konstruksi untuk dapat menerapkan Sistem Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (SMK3) dalam menjalankan pekerjaannya.
“Jangan lupa untuk menerapkan SMK3 setiap kali bekerja karena itu untuk kebaikan kita sendiri. Jangan hanya karena proyeknya diawasi oleh pemilik modal asing” tegas Yusid Toyib.
Hal tersebut ditegaskan mengingat kecelakaan konstruksi dan kegagalan bangunan yang terjadi pada bangunan dan proyek infrastruktur. Seperti contohnya, runtuhnya jembatan penyeberangan orang di Pasar Minggu, robohnya atap bandara Terminal 3 Ultimate ,robohnya Jembatan Kuning di Klungkung Bali dan robohnya jembatan Sekarteja di Lombok Timur yang menyebabkan korban jiwa.
Kurangnya kompetensi pekerja konstruksi menjadi salah satu penyebab terjadinya kegagalan bangunan dan kecelakaan konstruksi. Oleh karena itu, Ditjen Bina Konstruksi terus mendorong adanya sertifikasi, sehingga kualitas serta kehandalan pekerja konstruksi dapat dijamin. Untuk itu pula Ditjen Bina Konstruksi mendorong berbagai variasi model pelatihan yang difokuskan kepada jabatan kerja kunci yaitu manajer proyek, pengawas, mandor dan tukang. Sedangkan model pelatihannya antara lain dengan menggunakan model distance learning seperti pelatihan dengan menggunakan Mobile Training Unit (MTU), seminar dan kursus singkat, serta uji sertifikasi yang dilanjutkan dengan memberikan sertifikat terus ditingkatkan DJBK guna mencapai target tenaga kerja konstruksi bersertifikat di tahun 2019.*