Pasca Gempa Tektonik yang melanda Lombok pada bulan Juli lalu yang menyebabkan ribuan masyarakat harus kehilangan tempat tinggal, Pemerintah melalui Kementerian PUPR tengah gencar membangun rumah instan sederhana dan sehat (RISHA) berdasarkan hasil sementara kebutuhan unit RISHA untuk fasos,fasum, dan rumah tinggal sudah melewati angka 90.000 unit.
Pasca Gempa Tektonik yang melanda Lombok pada bulan Juli lalu yang menyebabkan ribuan masyarakat harus kehilangan tempat tinggal, Pemerintah melalui Kementerian PUPR tengah gencar membangun rumah instan sederhana dan sehat (RISHA) berdasarkan hasil sementara kebutuhan unit RISHA untuk fasos,fasum, dan rumah tinggal sudah melewati angka 90.000 unit.
Melihat banyaknya pembangunan tersebut Masyarakat Lombok dan sekitarnya tidak mau tinggal diam. Hari ini sebanyak 560 masyarakat yang berasal dari Kota Mataram, Kabupaten Lombok Utara, Lombok Barat, Lombok Timur, Lombok Tengah, Sumbawa, dan Sumbawa Barat bersama TNI dana para CPNS Kementerian PUPR mengikuti Kick Off Pelatihan Tenaga Terampil Konstruksi Bidang Pembesian, Bidang beton dan Installer pada program rumah instan sederhana dan sehat, pada Kamis (04/10) di Lombok.
“Dengan menggunakan teknologi RISHA waktu pembangunan instalasi sepuluh kali lebih cepat, dan menggunakan tenaga kerja konstruksi yang juga lebih sedikit yaitu hanya memerlukan 4 orang pekerja.”. Ujar Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin yang memberikan sambutan dalam acara Pelaksanaan Pelatihan Tenaga Terampil Konstruksi bidang Pembesian, Bidang Beton, dan Installer RISHA pada (04/10) di Lombok
Syarif menambahkan melalui teknologi ini kualitas mutu lebih terjamin, terukur dan terkonsentrasi pada proses produksinya. Konsumsi bahan material juga lebih hemat sekitar 60% sehingga lebih ramah lingkungan. Pembangunannya bisa dikembangkan secara horizontal maupun vertikal hingga dua lantai. Menilik pada peta zonasi gempa terbaru tahun 2017, wilayah pulau lombok dan sumbawa masuk dalam zona paling rawan.Rumah Instan Sederhana dan Sehat ini cocok dengan kondisi Kota Lombok yang rawan gempa, karena teknologi ini lebih tahan terhadap gempa. Selain itu, penggalakan teknologi RISHA dapat mendorong terbukanya peluang lapangan pekerjaan baru bagi UKM terutama di sektor industri komponen bahan bangunan.
RISHA merupakan teknologi rumah tahan gempa yang dikembangkan oleh para peneliti di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Tidak seperti rumah pada umumnya, RISHA menggunakan sistem pembangunan secara knock down terdiri dari panel-panel pracetak sebagai komponen struktural yang dapat dirakit menjadi bangunan rumah.
Setelah program pembangunan sudah ada, permasalahan selanjutnya adalah tenaga kerja konstruksi dan material /rantai pasok pendukung. Untuk itu, di hari yang sama Direktur Jenderal Bina Konstruksi Syarif Burhanuddin meninjau langsung rangka panel bacthing plant milik PT.Waskita Precast . Dalam kunjungannya Syarif mengatakan untuk precast yang sudah siap untuk digunakan agar segera di kirim ke lokasi-lokasi yang membutuhkan agar pekerjaan pembangunan RISHA ini bisa dikerjakan secepatnya.
“Tidak lupa untuk dicek kembali apa saja yang perlu dievaluasi, sehingga kekurangan-kekurangannya bisa langsung diketahui. Seperti sekarang panel-panel ini sudah siap seharusnya bisa langsung di kirim ke lapangan, panel-panel lain yang sedang dikerjakan kan perlu tempat jadi bisa ada space juga untuk itu.” Ujar Syarif
Kepala Balai Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya Ditjen Bina Konstruksi Edi Irwanto dalam laporannya mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan pemenuhan tenaga kerja terampil konstruksi dan rantai pasok material dan peralatan. Hal ini sejalan dengan amanah Undang-Undang No 2 Tahun 2017, dimana para pekerja konstruksi yang bekerja pada proyek konstruksi adalah tenaga kerja yang berkompeten dan memiliki sertifikat.
“Metode yang dilakukan pada pelatihan ini menggunakan sistem cluster yaitu sistem pembekalan yang dilakukan okeh assesor yang telah berpengalaman di bidang pembangunan sistem RISHA. Dengan dua kategori yaitu kategori produksi yang terdiri dari tukang besi dan tukang beton dan kategori installasi atau installer.” Ungkap Edi
Kegiatan ini merupakan inisiasi Kementerian PUPR melalui Balai Jasa Konstruksi Wilayah IV Surabaya dan Direktorat Kerjasama dan Pemberdayaan Ditjen Bina Konstruksi bersama Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) melaui LPJK Prov. NTB Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat. . Turut hadir bersama dalam kegiatan ini Staf Ahli Menteri Bidang Keterpaduan Pembangunan Ghazi Ghazali, Plt. Kepal Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian PUPR Lukman Hakim dan Prof. Arief Sabarudin Kepala Pusat Litbang Pemukiman Kementerian PUPR, Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan Ditjen Bina Konstruksi Dewi Chomistriana,, Ketua LPJK Provinsi NTB dan Kepala Dinas PUPR se-Kota Lombok.
Kedepannya kerjasama antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, asosiasi dan swasta terus dilakukan dan diharapkan masyarakat yang turut aktif dalam program ini tidak hanya mengikuti program pelatihan namun juga uji kompetensi dan uji sertifikasi hingga mendapatkan sertifikasi kompetensi, sehingga mampu membangun kembali Kota Lombok dan meningkatkan nilai perekonomian wilayah Lombok dan sekitarnya.
Pada kesempatan ini, Direktur Jenderal Bina Konstruksi Syarif Burhanudin di dampingi oleh Direktur Kerjasama dan Pemberdayaan Dewi Chomistriana bertemu dengan Bupati Sumbawa Barat H. W. Musyafirin membahas tentang percepatan pelatihan tenaga kerja terampil konstruksi. Fud juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas bantuan yang diberikan Kementerian PUPR terutama dalam membangun rumah tahan gempa RISHA.
“Diharapkan pelatihan yang diberikan oleh CPNS Ditjen Bina Konstruksi yang telah mensosialisasikan dan bekerja sebagai instruktur kepada masyarakat sekitar Sumbawa Barat.” Tutup W Musyafiri. (Dri/tw)