Merdeka.com – Pemerintah Jokowi-JK terus menggenjot daya saing infrastruktur Indonesia. Data The Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum menunjukkan daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 60, naik dua peringkat dari data tahun 2015-2016, namun masih tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Merdeka.com – Pemerintah Jokowi-JK terus menggenjot daya saing infrastruktur Indonesia. Data The Global Competitiveness Report 2016-2017 yang dikeluarkan oleh World Economic Forum menunjukkan daya saing infrastruktur Indonesia berada di peringkat 60, naik dua peringkat dari data tahun 2015-2016, namun masih tertinggal di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PU-Pera, Yusid Toyib mengatakan, hal ini harus menjadi fokus perhatian bersama, mengingat daya saing menjadi faktor utama bagi Indonesia untuk dapat mengambil peran aktif pada perdagangan internasional.
“Daya saing akan mengantar kita menjadi tuan rumah di negeri sendiri, menghasilkan devisa melalui ekspor barang dan jasa, yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan negara dan kesejahteraan rakyat,” kata Yusid di Jakarta, Jumat (17/6).
Untuk itu, menurutnya perlu strategi dan kebijakan pembinaan sektor konstruksi yang tepat, sehingga mampu meningkatkan produktivitas konstruksi dalam rangka mendorong daya saing. Infrastruktur yang terintegrasi dan berkualitas akan menunjang aspek konektivitas yang memudahkan pergerakan barang, jasa, dan manusia, serta berdampak pada efisiensi biaya transportasi dan logistik.
“Dengan adanya konektivitas rakyat lebih terjamin keamanannya dan lebih meningkat kesejahteraannya, sebab dengan konektivitas seluruh lapisan masyarakat mendapatkan kemudahan akses untuk memperoleh kebutuhan dasar,” terang Yusid.
Saat ini sektor konstruksi tercatat menempati posisi ketiga sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia sepanjang 2016, dengan kontribusi sebesar 0,51 persen, setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, sektor konstruksi berkontribusi cukup signifikan sebesar 10,38 persen di dalam membentuk Produk Domestik Bruto (PDB). Dengan daya saing yang semakin meningkat akan turut meningkatkan kepercayaan investor untuk berinvestasi.
Sebelumnya, Menteri PU-Pera, Basuki Hadimuljono mengatakan, bahwa pemerintah saat ini mendorong investasi sektor swasta dalam pembangunan infrastruktur nasional.
Daya saing infrastruktur akan meningkat seiring dengan peningkatan produktivitas sektor konstruksi, sementara peningkatan produktivitas tersebut tidak dapat dilakukan sendiri oleh Kementerian PU-Pera. Diperlukan keterlibatan seluruh pemangku kepentingan di sektor konstruksi dan seluruh lapisan masyarakat.
Untuk itulah Kementerian PU-Pera melalui Direktorat Jenderal Bina Konstruksi berupaya untuk mengikutsertakan peran pemangku kepentingan terkait lainnya, mengingat sektor ini mencakup ruang lingkup yang sangat luas, sebagaimana tergambarkan di dalam pilar daya saing terpilih, seperti kelembagaan, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi perdagangan barang, efisiensi tenaga kerja, kesiapan teknologi, maupun pencapaian inovasi, dimana pilar-pilar ini sangat berpengaruh dan beririsan dengan sektor konstruksi.
“Peran aktif pemangku kepentingan lain yang lebih berkompeten pada bidangnya akan mendukung tersusunnya strategi dan kebijakan peningkatan produktivitas konstruksi yang tepat sasaran.”
Dengan alasan tersebut Ditjen Bina Konstruksi Kementerian PU-Perammerancang strategi dan kebijakan peningkatan produktivitas konstruksi dengan menggerakkan seluruh pihak yang berkepentingan di sektor konstruksi nasional agar dapat bersama-sama mengupayakan peningkatan daya saing sektor konstruksi yang pada akhirnya dapat berkontribusi di dalam meningkatkan daya saing nasional pada Global Competitiveness Index.
Dia berharap akan tersusun suatu gambaran yang lengkap mengenai potret kondisi sektor konstruksi Indonesia khususnya yang terkait dengan indikator pilar daya saing beserta akar permasalahannya yang diperkuat dengan data, fakta, dan temuan, sehingga pada akhirnya dapat menjadi dasar untuk menentukan rekomendasi kebijakan beserta prioritas tindakan yang terukur sebagai langkah nyata bagi memastikan industri konstruksi nasional semakin produktif dan berujung kepada peningkatan daya saing global.