DJBK – Indonesia memiliki letak geografis yang termasuk rawan gempa karena dilalui oleh 3 pertemuan lempeng tektonik seperti lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng pasifik. Mungkin gempa ini tidak terasa bagi warga ibukota, namun bagi masyarakat di daerah timur Indonesia gempa masih sering terjadi.
DJBK – Indonesia memiliki letak geografis yang termasuk rawan gempa karena dilalui oleh 3 pertemuan lempeng tektonik seperti lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng pasifik. Mungkin gempa ini tidak terasa bagi warga ibukota, namun bagi masyarakat di daerah timur Indonesia gempa masih sering terjadi.
Untuk itu, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema Teknik Gempa yang dihadiri oleh Direktur Jenderal Bina Konstruksi, yang diwakili oleh Direktur Bina Kelembagaan Sumber Daya Jasa Konstruksi Yaya Supriyatna, Kamis (27/10).
“Saat ini masih dirasakan adanya kesenjangan dalam pemahaman zonasi kegempaan di kalangan para pelaku jasa konstruksi dan juga aparat pemerintahan yang terkait dengan penataan dan penyediaan bangunan dan infrastruktur” ujar Ketua LPJKN Tri Widjajanto yang diwakili oleh Wakil Ketua I LPJK Hari Purwanto di hadapan peserta.
Teknik gempa ini merupakan hasil karya dari orang Indonesia asli yaitu Krishna Suryanto Pribadi yang juga mengajar di Institut Teknologi Bandung dan telah berhasil memenangkan hasil riset program infrastruktur tahan gempa dengan mata kuliah mitigasi bencana pada infrastruktur.
Seminar nasional ini juga dihadiri oleh mahasiswa jurusan teknik sipil untuk memberikan informasi tambahan terkait teknologi terbaru bidang konstruksi yang nantinya akan digunakan oleh generasi muda seperti mereka. “Diharapkan seminar ini dapat menjadi media pertemuan profesi yang relevan dengan bidang jasa konstruksi.” tutup Hari. (dri/tw)