500 Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin yang mengambil tema tentang Peluang Perguruan Tinggi Menghadapi Era Industri Konstruksi 4.0, Sabtu (11/8) di Samarinda.
DJBK-SAMARINDA. 500 Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda mengikuti kuliah umum yang disampaikan oleh Direktur Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR Syarif Burhanuddin yang mengambil tema tentang Peluang Perguruan Tinggi Menghadapi Era Industri Konstruksi 4.0, Sabtu (11/8) di Samarinda.
Dalam paparannya Syarif mengatakan bahwa saat ini merupakan era revolusi dunia industri konstruksi. Jika di jaman dahulu menggunakan mesin uap, kemudian berkembang dengan menggunakan mesin berteknologi listrik bahkan seiring perkembangan teknologi penggunaan mesin otomatis lebih mempermudah proses pembangunan di lapangan. Dan sekarang teknologi tersebut berkembang lebih pesat yaitu dengan menggunakan mesin yang terintegrasi dengan internet.
“Perkembangan teknologi yang kian pesat ini tidak bisa dihindari, justru harus direspon dengan kesiapan data, teknologi, dan sumber daya manusia yang memadai. Hal ini akan menjadi fitur utama dari revolusi industri yang memerlukan tiga hal yakni movement perkembangan yang dinamis dari dunia industri harus siap dihadapi dibarengi dengan Speed yang pragmatis dan dituntut serba cepat, serta people yang juga harus bisa saling berbagi komunikasi dan melakukan kolaborasi untuk menyelesaikan pekerjaan secara tepat guna dan tepat waktu.” Jelas Syarif
Dilihat berdasarkan indeks daya saing global Negara Luxemburg berada di posisi pertama dalam kesiapan teknologi, Swiss berada di posisi pertama mengenai daya saing global, daya saing inovasi, dan output Iptek, dan Hongkong berada di posisi pertama daya saing infrastruktur. Sementara Indonesia berada pada posisi 36 daya saing global di tahun 2018 yang mengalami kenaikan dari poisisi 41 di tahun sebelumnya, serta berada pada posisi ke 52 daya saing infrastruktur.
Menanggapi hal tersebut Pemerintah pun telah menyiapkan sepuluh strategi prioritas nasional Making Indonesia 4.0 yaitu perbaikan aliran material, mendesain ulang zona industri, peningkatan kualitas SDM, pemberdayaan UMKM, menerapkan investasi teknologi, pembentukan ekosistem inovasi, menarik investasi asing, harmonisasi aturan dan kebijakan, membangun infrastruktur digital nasional, dan akomodasi standar sustainability. Dengan melakukan lima langkah aksi segera (Quick Win) Making Indonesia 4.0 yaitu Insentif teknologi untuk meningkatkan investasi teknologi, investor roadshow menyasar manufaktur global terkemuka, pendidikan vokasi untuk seluruh sektor, pusat UMKM untuk membentuk pusat inovasi mulai dari show case, percobaan peningkatan produktivitas dan dukungan UMKM.
“Penyiapan Sumber Daya Manusia menjadi fokus utama Pemerintah, setelah sebelumnya gencar melakukan pembangunan infrastruktur. Selain SDM, kebutuhan material dan peralatan konstruksi juga harus menjadi perhatian. Kedepan teknologi internet juga sudah harus dimanfaatkan dalam bidang konstruksi. Seperti informasi material dan peralatan apa saja yang terdapat disuatu daerah dapat diketahui dalam waktu cepat dan tepat melalui internet.”Ungkap Syarif
Sementara itu berdasarkan backlog mahasiswa Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kemenristekdikti dari total mahasiswa 6.924.511 yang lulus terdapat 823.690 (12%) mahasiswa teknik. Dengan pembangunan infrastruktur yang besar Indonesia berada di posisi pasar infrastruktur nomor 4 setelah China, Jepang, dan India. Indonesia berada di peringkat pertama pasar infrastruktur di ASEAN. Melihat data tersebut seharusnya bidang konstruksi menjadi salah satu bidang yang mampu menarik minat tenaga kerja khususnya bidang konstruksi.
“Namun fakta dilapangan berbeda, masih banyak sarjana teknik yang justru berkarier/bekerja di luar bidang teknik padahal saat ini Pemerintah sangat membutuhkan tenaga kerja bidang konstruksi seperti teknik sipil dan arsitektur.” Ungkap Syarif
Diperlukan perubahan dalam proses bisnis industry konstruksi 4.0 seperti digital physical, connectivity & computer power, Human Machine interfaxe, analytics intelligent untuk meningkatkan efisiensi, menurunkan biaya produksi dan memperbaiki proses produksi. Jika ditahun 2017 Kementerian PUPR telah mengadopsi Building Information Modelling (BIM) oleh seluruh stakeholders, dilanjutkan dengan memberikan BIM dengan standar Nasional Indonesia (SNI) sehinga bisa memberikan standar kurikulum dan kompetensi BIM untuk universitas dan profesi.
Di tahun berikutnya pemerintah tengah menyiapkan digitalisasi perizinan (e-submission), e-procurement, e-monitoring & e-supervisi, dan pasar digital sektor konstruksi (library data). “Semua bentuk perijinan kedepannya tidak lagi dalam hitungan hari, melainkan menit bahkan detik.”Jelas Syarif
Tidak hanya itu di masa mendatang diperlukan collective collaboration dalam industri konstruksi antara Pemerintah seperti Kementerian PUPR, Kementerian Keuangan, Kementerian Perindustrian, dan lain-lain, Akademisi mulai dari perguruan tinggi, lembaga penelitian, dan lembaga pelatihan, Bisnis/industri seperti Badan Usaha Milik Daerah (BUMND)/ Negara (BUMN), Badan usaha milik swasta dan Investor. Masyarakat sebagai pengguna jasa konstruksi dan masyarakat yang juga bisa berperan sebagai tenaga kerja konstruksi, asosiasi profesi dan LPJKN dan LPJKP. (dri/tw)