DJBK–JAKARTA. Tim Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, dalam hal ini Direktorat Bina Penyelenggaraan Konstruksi melakukan tinjauan lapangan ke proyek Pembangunan Mass Rapit Transit (MRT) dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pelaksanaan proyeknya, Kamis (4/8). Peninjauan tahap pertama pada Pembangunan Tunnel MRT yang terdiri dari dua stasiun yaitu stasiun bundaran HI dan Stasiun Dukuh Atas yang saling terhubung.
DJBK–JAKARTA. Tim Direktorat Jenderal Bina Konstruksi, dalam hal ini Direktorat Bina Penyelenggaraan Konstruksi melakukan tinjauan lapangan ke proyek Pembangunan Mass Rapit Transit (MRT) dalam aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pelaksanaan proyeknya, Kamis (4/8). Peninjauan tahap pertama pada Pembangunan Tunnel MRT yang terdiri dari dua stasiun yaitu stasiun bundaran HI dan Stasiun Dukuh Atas yang saling terhubung.
Kepala Sub Direktorat Konstruksi Berkelanjutan Ati Nurzamiati Hazar mengatakan bahwa tinjauan langsung lapangan ini diselenggarakan untuk mengoptimalkan implementasi gerakan budaya SMK3 di sektor konstruksi Indonesia. Hal ini terkait dengan tugas Direktorat Jenderal Bina Konstruksi Kementerian PUPR sebagai Pembina konstruksi harus memastikan K3 dijalankan secara maksimal pada proyek konstruksi bidang pekerjaan umum. Sebagaimana diketahui, setiap penyelenggaraan pekerjaan Konstruksi bidang pekerjaan umum wajib menerapkan Sistem Manajemen K3 untuk meningkatkan efektivitas perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang terencana, terukur, dan terintegrasi.
“Penerapan K3 menjadi yang sangat vital di setiap Pembangunan Konstruksi, adanya rambu-rambu peringatan K3 adalah bentuk yang paling sederhana dalam memberikan peringatan kepada para pekerja. Ini semua ditekankan agar target Zero Accident di lingkungan kegiatan proyek konstruksi dapat tercapai”, ujar Ati Nurzamiati kepada kontraktor Proyek MRT.
Peninjauan teknis proyek ini, didampingi oleh perwakilan Kontraktor dari (CMCC) yang memberikan informasi tentang Management Safety secara mendetail, dimana semua penerapan tentang K3 telah diterapkan kepada para pekerja Konstruksi di lapangan yang sudah sesuai dengan Standar Prosedur Departemen.
Untuk meminimalisir dampak pembangunan fisik tahap I, selain menggandeng konsultan manajemen lalulintas, PT MRT juga memastikan telah memiliki Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal).
Suhartono selaku ASE manajer dari (CMCC), menjelaskan tentang bahaya yang relevan yang sering terjadi ialah bahaya gravitasi/jatuh, Hazard Indentification ada 10 sistem yang diterapkan di lapangan. Ia menuturkan Human error adalah faktor penyebab banyaknya kecelakaan kerja walaupun itu adalah bahaya yang bersifat minor. Selain itu adanya faktor lain seperti temperatur, radiasi, reaksi kimia dari alam juga faktor yang dapat memicu adanya kecelekaan konstruksi. Maka dengan adanya controlling system yang dilakukan secara rutin terhadap para pekerja konstruksi tiap harinya, diupayakan dapat meminimalisir adanya kecelakaan kerja yang terjadi di teknis lapangan.
“Menjaga lingkungan alam dalam setiap pengerjaan pembangunan konstruksi juga mengurangi kerusakan terhadap sektor lingkungan, pembuangan limbah yang seharusnya pada tempatnya, kerapihan alat-alat berat, menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan”, tambah Ati.
Peninjauan Jalan Layang Cileduk-Tendean
Setelah meninjau proyek MRT, Tim Ditjen Bina Konstruksi kemudian melakukan peninjauan dalam aspek K3 ke Proyek pembangunan Paket Jalan Layang Ciledug Tendean.
Kepala Seksi Pemantauan dan Evaluasi Konstruksi Berkelanjutan Yanuar Munlait, menekankan maksud dari tujuan Site Visit Proyek Pembangunan Jalan Layang ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai sistem K3 dari segi inovasi teknologi yang digunakan dalam proyek, sebagai bahan masukan juga pedoman K3 dalam pembinaan penyelenggaraan Konstruksi yang nantinya bisa diterapkan terhadap pembangunan lainnya. Yanuar juga menambahkan tentang penerapan proses analisa perincian terhadap pembiayaan K3 bagi para penyedia jasa terhadap pengadaan barang.
Supervisior Manajemen K3 dari PT. AdhiKarya Ebi Adang, bidang menjelaskan tentang secara mendetail semua norma-norma tentang keselamatan bagi para pekerja Konstruksi yang diimplementasikan pada tahap proyek, dari segi kesehatan, perangkat pelindung diri, menjadi fokus perhatian yang sangat penting, juga tatatertib penjagaan lingkungan sekitar terhadap pembangunan Konstruksi.
“Sejak tahun 2014 atau awal dari pembangunan proyek hingga saat ini, tidak ada korban satupun kecelakaan kerja yang merenggut nyawa, yang artinya target dari zero accident terlaksana diterapkan kepada seluruh pekerja Konstruksi”, ucap Ebi.
PT. Adhi Karya juga memperhatikan dampak terhadap lingkungan sekitar, yakni dengan membuat keamanan extra ketat untuk para pengguna jalan demi memberikan rasa aman, dengan membuat batasan ruas wilayah area yang berbahaya untuk tidak dilalui oleh pengguna jalan.
Kegiatan dilanjutkan kepada paparan oleh perwakilan para Kontraktor dari Adhi Karya dan Dinas Bina Marga Provinsi Jakarta terkait teknis pengerjaan yang ada di lapangan. Dan kemudian dilanjutkan dengan melakukan Visit lapangan bersama tim PT. Adhi Karya dan Dinas Bina Marga.